Rahim Pengganti

Bab 196 "Pernikahan Dadakan"



Bab 196 "Pernikahan Dadakan"

0Bab 196 "Pernikahan Dadakan"     
0

Daffa dan Gina pulang ke rumah nya dan ketika masuk ke dalam rumah kedua nya hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah kedua anak nya dan juga keponakan nya. Bagaimana tidak, ketiga nya saat ini sedang berada di ruang tamu tertidur dengan nyenyak padahal hari sudah siang.     

"Biarkan mereka menikmati hari nya, hari ini Dhira juga libur kan. Gak apa apa lah," ucap Daffa. Gina segera membalas dengan anggukkan kepala, dan kedua nya langsung menuju ke dalam kamar mereka.     

Gina bukan tipe orang tua yang harus perfect dalam segala hal. Diri nya lebih memilih mana yang santai saja, dan hal itu membuat anak anak nya begitu senang dan bahagia.     

Di dalam kamar, Daffa segera merebahkan diri nya. Semalam sudah sepakat untuk membuat Dhira dan pria itu saling mengenal namun, tadi pagi ibu Sri mengatakan bahwa orang tua dari sang pria ingin mengajak makan malam bersama. Daffa ingin menolak namun, tidak bisa karena Ibu Sri sudah mengeluarkan titah nya.     

Sungguh hal seperti itu, membuat Daffa dan Gina hanya bisa diam dan pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.     

"Kamu masih mikirin apa yang dibilang ibu tadi Mas?" tanya Gina. Wanita itu sudah berganti pakaian dengan lebih santai, dan ikut naik ke atas tempat tidur bersama dengan sang suami. "Entahlah sayang, terlalu banyak yang harus aku pikirkan, rasa nya begitu berat," balas Daffa.     

Gina mengerti dengan apa yang dirasakan oleh suami nya tersebut, ayah mana yang akan dengan mudah melepaskan anak kesayangan nya, dan Gina tahu bagaimana sang suami mendukung semua hal yang dilakukan oleh Gina.     

"Nanti kita coba bicara sama kakak ya Mas. Kamu jangan terlalu banyak pikiran, nanti darah tinggi kamu naik gimana. Aku nggak mau kehilangan kamu ya Mas," ucap Gina. Daffa lalu menoleh ke arah istri nya tersebut, Gina hari ini begitu terlihat cantik apa lagi dengan gaun tidur yang di gunakan. "Kamu mau goda aku sayang?" tanya Daffa.     

Gina bingung dengan maksud dari sang suami, lalu menatap ke arah diri nya dan seketika kedua tangan Gina menutupi dada nya.     

"Nggak usah di tutupi, ayo kita cetak adik nya Arka," ucap Daffa. Belum sempat Gina membalas ucapan dari suami nya itu, bibir kedua nya sudah saling menyatu satu dengan lain nya.     

Dengan sangat pelan namun, pasti Daffa menyesap bibir istri nya dengan begitu mesra, hal itu benar benar membuat Gina terbuai akan perlakuan yang dilakukan oleh sang suami.     

***     

Dira terbangun dari tidur nya saat ini wanita itu sedang meregangkan tubuhnya dan menatap ke arah jam yang ada di dinding. Setelah itu Dira lalu membangunkan Samantha dan juga Arka untuk pindah ke dalam kamar mereka.     

Mereka tidak tahu jika kedua orang tua mereka saat ini sudah ada di rumah, setelah selesai meminta Samantha dan juga Arka pindah ke dalam kamar. Dira segera membersihkan ruang tamu lebih dahulu, wanita itu benar benar membereskan semua kekacauan yang sudah dibuat oleh kedua adik nya seorang diri.     

"Udah bangun nak?" tanya Gina.     

Tidak segera menoleh ke arah belakang wanita itu begitu terkejut ketika melihat keberadaan sang Bunda sudah ada di belakang diri nya.     

"Kapan pulang bun?" tanya Dhira.     

"Udah dari tadi pagi cuman memang enggak ngebangunin kalian. Semalam pasti pegagang nonton film maka nya Bunda lihat capek banget wajah kalian," balas Gina.     

Dira hanya menganggukan kepala nya setelah itu diri nya masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri, tidak ada banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh Dira. Sedangkan saat ini Gina sedang bingung harus berbicara dengan anak nya dan dimulai seperti apa.     

Tak lama Daffa pun keluar dari dalam kamar terlihat sekali raut wajah begitu bahagia, sedangkan Gina hanya bisa geleng geleng kepala saja. Suami nya itu, memang selalu seperti itu tidak pernah puas sekali dan akan melakukan nya berkali kali.     

"Cantik sekali istriku ini," puji Daffa. Gina yang malas mendengar ocehan dari suami nya segera menuju ke arah dapur. Wanita itu akan membuatkan sarapan untuk ketiga anak nya yang pasti sudah sangat lapar saat ini.     

Setelah selesai mandi Dira segera turun menuju ke dapur wanita itu tidak membutuhkan banyak waktu untuk membersihkan diri nya. Namun sebelum menuju dapur Dhira lebih dulu masuk ke dalam kamar Samantha untuk membangunkan adik sepupu nya tersebut.     

"Sam bangun buruan, jangan tidur lagi, ada bunda di bawah," ucap Dhira. Seketika mata sang adik langsung terbuka, Gina adalah idola bagi seluruh sepupu Dhira itu lah kenapa baik Sam atau pun Kevin selalu suka berada di rumah nya.     

Setelah itu Dhira langsung bergegas menuju ke dalam kamar sang adik. Namun, ternyata Arka sudah bangun lebih dulu mereka berdua lalu pergi menuju ke ruang makan.     

Semua sudah berkumpul, di meja makan. Sarapan kali ini sangat berbeda banyak makanan kesukaan Dira yang di masak oleh sang bunda. Dan hal itu membuat Dira sedikit curiga dengan apa yang akan terjadi, karena tidak biasa nya bunda nya bersikap seperti itu.     

"Ada apa yang mau kalian bicarakan sama aku?" tanya Dira. Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh sang anak membuat kedua orang tua Dira saling menatap satu dengan yang lain. Kedua nya tahu bahwa Dira sangat mudah membaca keadaan sehingga apapun yang akan terjadi Dira akan dengan mudah menebak nya.     

"Selesaikan saja dulu makan nanti baru kita ngobrol bersama," jawab Daffa.     

Mereka lalu melanjutkan makan sesekali Daffa melempar pertanyaan kepada Arka dan juga Samantha mengenai sekolah mereka kedua nya menjawab dengan begitu antusias apalagi Samantha yang selalu mengidolakan Pakde dan bude nya tersebut. Daffa dan Gina begitu tulus menyayangi semua orang sehingga aura yang mereka sampaikan membuat orang lain menjadi begitu tenang ketika berada dekat dengan kedua nya.     

Hal itulah yang membuat semua keponakan baik dari sebelah Daffa maupun dari Gina selalu sangat nyaman di rumah tersebut, apalagi Dina dan juga Daffa tidak pernah membedakan satu dengan yang lain nya. Mereka berdua selalu memposisikan diri mereka seperti teman bagi anak dan juga keponakan nya sehingga membuat hal itu menjadi hal yang sangat disukai oleh mereka.     

Indah sering memberikan kasih sayang kepada Samantha namun anak nya itu lebih suka bercerita bersama dengan Gina, terkadang ada rasa iri di dalam diri indah namun balik lagi dirinya juga harus belajar menjadi orang tua seperti sang anak inginkan.     

Gina pun sampai detik ini masih terus belajar menjadi orangtua yang baik untuk anak anak mereka bahkan Gina juga terus berusaha menjadi di istri yang baik serta anak yang baik untuk seluruh keluarga.     

Hal itulah yang membuat Indah semakin ingin belajar bersama dengan Gina menjadi sosok wanita yang berguna untuk keluarga.     

***     

Diam itu lah yang saat di lakukan oleh mereka saat ini, tidak tahu harus memulai semua nya dari mana terlebih Daffa terus berulang kali menarik napas nya panjang, Gina tahu bahwa saat ini sang suami sedang tidak tahu harus memulai semua nya dari mana, karena jujur saja hal seperti ini begitu berat bagi mereka.     

Arka dan Samatha yang sengaja duduk tak jauh dari para orang dewasa, hanya untuk bisa mengetahui apa yang sedang dibicara oleh mereka.     

"Ka, lo tahu nggak apa yang mau di bahas pakde sama bude dengan kak Dhira?" tanya Samantha. Dengan polos nya Arka menjawab dengan gelengan kepala dan hal itu membuat Sam hanya bisa mendengus kesal, "Ini pasti hal serius, bukan nya kemarin pakde bude terus mami dan papi baru pulang dari rumah eyang. Atau kak Dhira mau di jodohkan kali ya," ucap Samantha lagi.     

Mendengar hal itu membuat Arka menghentikan kegiatan nya dan menatap ke arah Sam dengan begitu tajam.     

"Lo kalau ngomong suka benar deh Sam. Gue juga tadi mikir nya juga gitu, lo tahu gimana Eyang, kan? Duh bisa bisa nya kakak gue di jodohin," ucap Arka.     

Kedua anak itu sibuk dengan alibi mereka tersendiri, bahkan dengan sangat terang terangan, Sam mengatakan bahwa diri nya sangat yakin dengan apa yang ada di dalam pikiran nya sama hal dengan Arka. Kedua orang itu sangat yakin, dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.     

"Baba dan Buna mau bicara apa? Dira capek, mau tidur lagi. Mumpung hari libur, kalian mau bicara soal apa? Dira mau dijodohkan? Atau apa, kenapa kalian tiba tiba diam seperti ini."     

Gadis itu mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran nya, sungguh diri nya tidak mengerti dengan kedua orang tua nya saat ini yang hanya diam dan diam saja tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.     

Daffa lalu menarik napas nya panjang, dan mulai menjelaskan semua nya. Dua orang yang ada di sudut sana juga ikut menguping setiap ucapan yang di lontarkan oleh Daffa.     

Pria itu menjelaskan semua upaya yang sudah diri nya lakukan untuk membuat ibu Sri membatalkan semua nya, "Baba kira semua nya sudah selesai ketika, mereka sepakat dengan kata Ok. Namun, nyatanya tidak dan eyang sudah mengatur semua nya," ucap Daffa.     

Pria itu sudah pasrah jika nanti, sang anak brontak atau marah dengan nya. Daffa menerima hal itu, pria itu akan melakukan apapun untuk membuat sang anak bisa bahagia.     

Dira beranjak dari tempat duduk nya, respon yang dilakukan oleh Dira benar benar membuat Daffa dan Gina saling tatap satu dengan lain nya, kedua nya tidak mengerti akan hal itu dan benar benar tidak mengerti.     

"Biarkan kakak menyendiri dulu hari ini ya, dia juga syok dengan apa yang terjadi. Kita hanya bisa diam untuk saat ini, sampai kakak membuka suara mengenai hal ini mas," jelas Gina. Daffa merespon ucapan sang istri dengan anggukkan kepala, apa yang diucapkan oleh sang istri benar ada nya. Karena hal seperti ini, pasti membuat Gina sangat terkejut, itulah Dira membutuhkan banyak waktu untuk sendiri.     

Masuk ke dalam kamar tidak segera merebahkan badan nya sungguh apa yang baru saja diri nya dengar dari kedua orang tuanya benar benar membuat Dira tidak habis pikir. Gadis itu bingung dengan zaman yang sudah semakin maju namun keluarganya tetap memikirkan mengenai perjodohan dan lain sebagainya.     

Seketika Dira lebih memilih berada di kampus dibandingkan diri nya harus mendengar sebuah berita yang benar membuat kepala nya pusing tujuh keliling apalagi sang ayah mengatakan kedua orang orang nya sudah merencanakan hal ini bersama, dan hal itu membuat Dira tidak tahu harus bersikap seperti apa nanti nya.     

"Umur gue berapa sih kenapa gue jadi dijodohkan seperti ini ya ampun mimpi apa sih gue semalam."     

Di usia Dira yang menurutnya saat ini adalah usia yang masih harus mencari kebebasan namun sudah harus dituntut untuk melakukan sebuah lahan yang benar benar membuat kepala di rasa sakit.     

"Apa Baba bangkut ya sehingga eyang menjodohkan aku. Jodoh nya siapa, Om Om buncit terus hitam. Oh my God Tuhan kenapa seperti ini."     

Membayangkan nya saja membuat Dhira lelah. Gadis itu lalu mulai memejamkan mata nya, berdoa supaya ketika diri nya bangun tidak terjadi apapun.     

***     

Keinginan Dira ketika bangun dari tidur nya adalah semua hal yang terjadi sebelum nya hanya sebatas mimpi. Namun, nyata nya hal itu tidak terjadi. Malam ini Ini rumah kedatangan kedua orang tua Gina dan juga Daffa.     

Ketiga Eyang tersebut datang bersama dengan sekeluarga pria yang katanya akan dijodohkan dengan Dira. Ketika mendapatkan info mengenai hal tersebut Gina begitu kaget wanita itu bahkan sempat kesal dengan sang Bunda ketika mendapatkan kabar tersebut.     

Namun Bunda Karisa segera mengatakan untuk Gina tidak usah repot repot dalam memasak untuk makan malam karena diri nya sudah memesan makanan untuk mereka nanti.     

Dira yang saat ini sedang berada di dalam kamar bersama dengan indah dan juga sekarang enggan untuk keluar gadis itu hanya ingin di dalam kamar saja tidak ingin ikut dalam makan malam tersebut.     

"Aku nggak mau Tante ya ampun ku kira tadi setelah bangun tidur semua yang terjadi hanya mimpi tapi kenapa hari ini begitu sangat menyebalkan."     

Bukan hanya Dira yang terkejut dengan ucapan yang dilontarkan oleh sang Bunda tadi tapi kedua orang orang wanita yang saat ini bersama dengan diri nya juga kaget ketika mendapatkan kabar tersebut.     

Sekar mulai menjelaskan kepada Dira mengenai hal yang akan terjadi wanita itu memberikan pandangan kepada Dira bahwa apapun yang terjadi mereka harus tetap keluar dari dalam kamar karena hal itu merupakan adab dan sopan santun.     

"Kamu nanti bisa menolak kepada Eyang. Tapi sebagai anak yang memiliki sopan santun kamu harus turun dan menyapa para tamu. Tante tahu bagaimana perasaan kamu saat ini tapi sayang sikap dan tanggung jawab itu dilihat ketika etika kita di depan orang lain."     

"Sekarang ayo kita turun ada tante dan Tante Indah yang akan selalu menemani kamu," lanjut Sekar. Dira lalu menganggukkan kepala nya ketika mendengar ucapan yang dilontarkan oleh tante nya tersebut. Setelah itu mereka berjalan menuju ke ruang keluarga dimana semua orang sudah berkumpul.     

Tidak banyak yang dilakukan oleh Dira gadis itu hanya duduk di samping Samanta dan juga Arka sedangkan Kevin berada di samping Arka mereka berempat berusaha untuk terlihat sibuk dan tidak mendengarkan apapun yang dilakukan oleh orang dewasa yang duduk tak jauh dari mereka.     

"Udah kakak tenang aja di sini aja sama kita nggak usah gabung sama mereka." Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Kevin membuat Dira tersenyum begitu bahagia.     

Ketika sedang berbicara bersama tiba tiba dari arah pintu masuk terdengar seseorang yang sedang berdiri di depan sana.     

"Permisi."     

Mereka semua lalu menoleh dan menatap ke arah pintu tersebut Begitu juga dengan Dira dan ketiga sepupu nya.     

"Itu dia Andra, ayo masuk," ucap Eyang Sri.     

Tatapan mata pria tersebut dan juga Dira saling bertemu kedua nya saling menatap satu dengan yang lain tanpa berkedip sedikitpun hal itu membuat semua orang yang ada di sana mengartikan berbeda.     

Andra lalu duduk di tengah tengah orang dewasa tersebut sedangkan Dira tetap dengan keinginan nya untuk duduk di dekat para adik adik nya tersebut. Pandangan mata Andra tidak pernah lepas menatap ke arah Dira sedangkan Dira membuang wajah nya untuk tidak mau ditatap oleh Andra.     

Saat ini rasa nya Dira ingin masuk ke dalam kamar namun, diri nya kembali teringat dengan ucapan yang dilontarkan oleh tante sekarang mengenai etika.     

"Ya sudah ayo kita makan dulu nanti kita bahas lebih lanjut."     

Mereka semua lalu pergi menuju ke ruang makan, Dira yang memang ingin menghindar dari Andra malahan duduk di samping pria tersebut. Hal ini semua terjadi karena ulah Ibu Sri, benar benar ingin membuat Dira naik darah akibat ular tersebut.     

Andra Nataka adalah salah satu pria yang begitu membuat Dira kesal selama Dira menuntut ilmu di salah satu universitas swasta saat diri nya mengambil gelar S1 dan juga gelar masternya. Tidak pernah ada hal baik yang terjadi diantara mereka berdua, semua nya yang mengenal Dira dan juga Andra akan tahu bagaimana sikap kedua makhluk tersebut.     

Setiap hari selama berada di satu kampus yang sama kedua nya akan selalu bertengkar hal sepele pun akan menjadi besar oleh kedua orang tersebut.     

Ketika lulus dari kuliah Dira begitu bahagia karena tidak bertemu lagi dengan pria yang begitu itu tidak menyenangkan dan sombong seperti Andra. Namun, takdir Tuhan tidak ada yang tahu saat ini diri nya berada di satu tempat yang sama dan duduk bersebelahan dengan seorang pria yang diri nya hindari selama ini.     

Selama makan malam tidak ada sedikitpun ucapan yang keluar dari mulut Dira gadis itu lebih menikmati makan malam nya yang sangat terganggu dengan keadaan Andra yang ada di samping nya.     

Dari raut wajah Dira tercetak dengan sangat jelas bahwa wanita itu sangat sangat tidak suka dengan keadaan saat ini, Daffa mengerti dengan ekspresi wajah dari sang anak.     

Setelah selesai makan malam bersama para orang dewasa kembali duduk di tempatnya sebelumnya entah apa yang ingin mereka bahas sehingga Arka, Sam, dan Kevin diminta untuk masuk ke dalam kamar. Sedangkan Dira dan juga Andra diminta untuk saling berbicara di halaman belakang rumah.     

Ingin rasa nya Dira menolak hal tersebut namun, diri nya tidak bisa melakukan hal tersebut karena eyang Bian langsung yang meminta Dira untuk mengajak Andra ke belakang.     

***     

Tidak ada yang dilakukan oleh Dira wanita itu hanya diam saja sedangkan antara bingung dengan sikap Dira yang tiba tiba terdiam seperti saat ini karena seingat Andra mereka berdua seringkali beradu argumen walaupun hanya masalah kecil.     

Andra berusaha untuk mengajak Dira berbicara namun gadis itu tetap dengan pendirian nya yang tidak mau berbicara dengan Andra sedikitpun. Karena bagi Dira Andra tetap musuhnya yang harus diri nya jauhi.     

"Aku dengar kabar kamu jadi salah satu dosen muda di kampus kita dulu ya?" tanya Andra.     

Tapi lagi dan lagi pertanyaan yang dilontarkan oleh Andra apapun bentuk nya tidak akan pernah dibalas oleh Dira.     

"Apakah seperti ini etika seorang anak di rumah ini ketika ada lawan bicara nya bertanya hanya diam saja tanpa ada niat untuk menjawab." Andra sudah sangat kesal dengan sikap dari Dira yang masih saja diam kepada diri nya, pria itu berusaha melakukan banyak hal untuk bisa membuat Dira berbicara namun, nyata nya sangat sulit.     

Hingga akhir nya Andra kesal dan pria itu masa bodoh dengan Dira yang tidak ingin berbicara dengan dirinya. Andra lalu beranjak dari tempat duduk nya dan berjalan di pinggir kolam renang, Dira hanya melihat hal itu saja gadis itu tidak ada niatan sedikitpun untuk membalas semua ucapan yang dilontarkan oleh Andra.     

Tak lama tante indah bersama dengan Om Dewa datang menyusul Andra dan juga Dira untuk segera mengikuti mereka ke ruang tamu. Tanpa banyak protes Dira lalu mengikuti kedua orang tersebut Begitu juga dengan Andra.     

"Oke di sini kedua orang tua Andra sudah ada eyang sangat begitu bahagia mendengar hal ini apalagi ternyata Andra dan Dira juga merupakan teman satu alumni dari tingkat awal sampai master," ucap Bian. Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh eyang Bian, membuat perasaan Dira tiba tiba tidak enak gadis itu sangat yakin ada hal yang akan terjadi setelah ini.     

"Sesuai dengan kesepakatan bersama maka Andra dan Dira akan menikah minggu depan."     

Dira terdiam sejenak mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Eyang kakung nya tersebut tiba tiba kepala Dira berdenyut dengan begitu keras ketika apa yang disampaikan oleh Bian masuk ke dalam kepala nya.     

"Apa menikah minggu depan eyang bercanda kan?" tanya Dira dengan dengan nada bicara sedikit tinggi.     

"Tidak ada yang bercanda sayang, Minggu depan kalian akan menikah," sambung eyang Carissa.     

Dira menggelengkan kepalanya, lalu menatap ke arah kedua orang tuanya. Sungguh Dira tidak suka dalam kondisi seperti ini, gadis itu meneteskan air mata nya dan hal itu membuat Andra tertegun menyaksikan penolakan Dira.     

"Sampai kapanpun Dira tidak akan pernah menerima hal ini." Setelah mengatakan hal tersebut, Dira segera masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu langsung menumpahkan semua yang terjadi, air mata nya mengalir dengan begitu deras.     

Semua begitu mendadak, bagaimana bisa Dira menikah dengan cara seperti ini, wanita itu terus menumpahkan air mata nya mengalir dengan sekuat tenaga. Rasa nya hari ini begitu sial untuk diri nya sendiri, semua berlalu begitu cepat.     

Suara ketukan dari luar, tidak di hiraukan oleh Dira. Gadis itu tetap menangis menumpahkan semua rasa kecewa yang ada di dalam diri nya, rasa kecewa yang sangat teramat dalam. Rasa kecewa yang kuat biasa, kecewa dengan dirinya sendiri itu yang sering Dira lakukan jika dirinya ingin membenci seseorang.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.